SEBUAH KEWARASAN DIRI

Pada suatu hari, Anda berjalan ke sebuah taman yang sangat indah dengan membawa balon berwarna merah.

Sesampainya di taman tersebut, Anda bertemu dengan seorang teman yg tidak Anda kenal dengan baik.

Teman Anda menyapa Anda, "halo, apa kabar mu? ngomong-ngomong balon oranye yang kamu bawa jelek sekali".

Apa reaksi Anda mendengar sapaan tersebut?

Saya yakin reaksi Anda tergantung pada mood Anda saat itu.

Anda bisa tertawa dalam hati karena teman Anda tidak tahu warna balon yg Anda bawa.

Jika Anda sedang bahagia, Anda bisa saja menghiraukan bagian tidak penting dari sapaan teman Anda dan hanya fokus kepada hal yang penting saja. Misalkan dengan menjawab, "hai juga, kabar sy sangat baik. Bagaimana dengan kabar mu? Ngomong-ngomong ini hari yg sangat cerah ya".

Jika Anda sedikit terpancing, mungkin Anda ingin mendebatnya sedikit, "kabar sy baik, ngomong-ngomong ini kan balon merah, bukan balon oranye".

Jika Anda sedang tidak bahagia tapi juga tidak suka membuat masalah baru, mungkin Anda hanya akan menghindarinya, "Maaf saya buru-buru, mungkin kita bisa mengobrol LAIN KALI".
(Namun Anda akan selalu mengingat bahwa teman Anda tersebut adalah orang yang sangat MENYEBALKAN dengan segala komentarnya).

Dan masih banyak lagi jika jika yg lain tergantung bagaimana Anda ingin meresponnya SECARA TIDAK SADAR.

Yang pasti jika Anda waras, sadar, dan paling mengerti keadaan diri Anda sendiri, Anda tidak akan ambil pusing dengan pernyataan teman Anda atau apapun yg mungkin orang lain katakan tentang Anda.

1. Anda tahu pasti bahwa Anda membawa balon merah, kenapa harus pusing dengan orang yg mengatakan Anda membawa balon oranye, hijau, hitam, dst?

2. Dia bukanlah teman baik Anda, kenapa kita harus fokus kepada perkataan orang yg tidak mengenal kita dgn baik?

Jika teman Anda sibuk memperhatikan taman yg indah, teman Anda tidak akan mengomentari jelek balon yg Anda bawa.

Jika dia teman baik Anda, dia tahu betul bagaimana menjaga perasaan Anda.

NAMUN, kita amat sangat tidak bisa mengontrol semua yg ada di luar diri kita. Kita hanya bisa mengontrol DIRI KITA SENDIRI.

Untuk menghadapi dunia luar, yg HARUS KITA YAKINKAN adalah DIRI KITA SENDIRI, dan bukan orang lain.

Apakah kita tahu kenapa kita belum skripsi? Apakah kita tahu kenapa kita belum lulus? Apakah kita tahu kenapa kita belum berjilbab? Apakah kita tahu kenapa kita gendut? Apakah kita tahu kenapa kita kurus? Apakah kita tahu kenapa kita belum bekerja? Apakah kita tahu kenapa kita belum menikah? Apakah kita tahu kenapa kita menikah dengan X? Apakah kita tahu kenapa kita belum mempunyai anak? Apakah kita tahu kenapa kita baru memiliki 1 anak? Apakah kita tahu kenapa kita belum mempunyai rumah? Apakah kita tahu kenapa kita belum mempunyai mobil? Apakah kita tahu kenapa kita tidak ambil S2 di luar negeri? Apakah kita tahu kenapa kita belum naik haji? Dst.

Jika kita menyadari keadaan kita, tahu jawaban pertanyaan2 tersebut, tahu alasan di balik itu semua, dan atau sedang berproses keras untuk meraihnya, saya yakin kita tidak akan risau dengan pertanyaan dan pernyataan orang yg belum tentu benar seperti balon oranye tadi.

SEBERAPA BESAR ANDA MENGENAL DIRI ANDA SENDIRI?

Tidak semua pertanyaan orang di luar Anda adalah pertanyaan tidak penting. Kadang2 pertanyaan tersebut penting sebagai 'reminder' untuk kita. Yg patut diwaspadai adalah jika kita merisaukan pertanyaan orang-orang tsb. Artinya kita  sendiri tidak tahu jawaban pertanyaan tsb. Artinya, kita tidak mengenal diri kita sendiri.

Sebagai contoh, banyak orang bilang sy gendut dan sy merisaukan hal tsb. Krn sy merasa tdk gendut 😂😂😂
Sebelumnya (kira-kira 3 tahun lalu) sy kurus dan bisa makan apa sj tanpa menjadi gendut.
Sy keenakan dgn keadaan tsb dan masih merasa kurus aja 😂😂😂
Apalagi sy suka pakai baju longgar, sehingga ketika berat badan sy naik perlahan tapi pasti, sama sekali tidak terasa.
Dan ternyata memang berat badan sy naik hampir xx kg. Angka yg fantastis dlm kurun waktu kurang dr 3 tahun..
Sy sudah bukan overweight namun sudah mencapai tahap obesitas.. UNBELIEVABLE!!!
Ketika sy SUDAH MENGETAHUINYA, sy berproses utk menuju berat badan ideal dan sy tidak peduli lagi jika orang bilang sy gendut. Krn sy tau sy memang (sedang) gendut. That's it.

Contoh lain, saya mengenal teman yg belum menikah menjadi kepala keluarga krn ayahnya sudah meninggal.
Apakah teman saya menyesal krn belum menikah? Sy yakin sekali: tidak. Dan jika dia tahu yg terbaik untuk dirinya dan keluarganya saat ini adalah keadaan tsb, teman sy tidak peduli dengan pertanyaan2 org yg "tidak berperasaan". Krn SEKARANG yg dia pedulikan adalah kebahagiaan ibu dan adik2nya saat ini.

Sekali lagi kita tidak bisa membuat seseorang "berperasaan". Kita hanya bisa meyakini diri kita agar kita selalu yakin bahwa yg kita miliki saat ini adalah yg TERBAIK untuk kita. Ketika kita meyakini itu, perkataan orang hanyalah DEBU yg tidak ada artinya dan bukan SAMPAH yg berbau busuk krn kita simpan.

(Sebagian terinspirasi dari pengalaman pribadi dan sebagian terinspirasi dari Buku "Road to Success" yg baru saya baca 1/5)

Kota Tangerang, 23 Juli 2017.
14.49
Inta.

Comments

Popular Posts